Powered By Blogger

Minggu, 25 September 2011

IMAM SYAFI’I


IMAM SYAFI’I

Karya yang ditulis Nahrawi ini dibagi menjadi tiga bagian yang diistilahkan dengan al-bab dan satu penutup. Bagian pertama membahas tentang kehidupan Imam Syafi'i (hayatu asy-syafi'i) dari kelahiran sampai menjadi seorang mujtahid dan wafatnya. Bagian ini terdiri dari lima fashl (bab).

Dalam bagian ini Nahrawi membicarakan tentang pertumbuhan, pendidikan, bagaimana ia memulai kehidupannya sebagai pelajar teladan kemudian menjadi intelektual yang cerdas, ahli fiqh yang cakap, dan mufti yang berpengalaman, ahli debat yang handal, sastrawan pandai, penyair yang hebat, peletak dasar ilmu ushul fiqh, mujtahid terkenal yang banyak pengikutnya. Dengan kata lain, dalam bagian ini Nahrawi ingin menghadirkan Imam Syafii sebagai sosok teladan yang memiliki kepribadian baik dan sosok fenomenal karena pengaruhnya yang begitu kuat dalam dunia Islam.

Bagian kedua membicarakan tentang masa Imam Syafi'i. Bagian ini terdiri dari lima bab. Dalam bagian kedua, Nahrawi berusaha menjelaskan pelbagai kondisi pada saat itu, baik kondisi sosial, politik, kebudayaan, hukum, pandangan-pandangan teologis dan fiqh yang dominan pada saat itu serta sikap Imam Syafi'i terutama terhadap pandangan ahlul ra’yi dan ahlul hadits.

Bagian ketiga membicarakan tentang Madzhab Syafi'i. Bagian ini terdiri dari tiga bab. Dalam bagian ketiga ini yang dibicarakan adalah mengenai sumber-sumber hukum menurut Imam Syafi'i, yaitu al-Kitab, as-Sunnah, al-Ijma`, dan al-Qiyas. Begitu juga disebutkan dalam bagian ini bagaimana pandangan Imam Syafi'i tentang an-Nasikh wa al-Mansukh, al-Maslahah al-Mursalah, al-Istihsan, Qaul ash-Shahabah, Praktek Penduduk Madinah (‘Amalu Ahl al-Madinah). Semua ini didasarkan pada penjelasan Imam Syafi'i yang tertuang dalam kitab ar-Risalah-nya.

Selanjutnyanya membicarakan tentang Fiqh Syafi'i dan menganalisa dengan teliti beberapa pendapat Imam Syafi'i ketika menetap di Irak yang lebih dikenal dengan Qaul al-Qadim atau Madzhab asy-Syafi'i al-Qadîm, dan saat menetap di Mesir yang lebih dikenal dengan Qaul al-Jadid atau Madzhab asy-Syafii al-Jadîd.

Dalam konteks ini, Nahrawi juga menguraikan sikap Imam Syafi'i terhadap Qaul al-Qadim-nya, pandangan para pengikutnya terhadap Qaul tersebut, serta hukum mengamalkannya. Dan menyebutkan para pengikut Imam Syafi'i, mulai dari Imam Ahmad bin Hanbal yang kemudian mendirikan Madzhabnya sendiri sampai dengan Tajuddin as-Subki serta pengaruh mereka dalam menyebarkan mengembangkan dan menyebarkan Madzhab Syafi'i.

Dan untuk menyempurnakan isi bukunya, Nahrawi mejuga membicarakan tentang takhrij, tarjih, dan mujtahid dalam Madzhab Imam Syafi'i. Serta menyebutkan pengaruh Imam Syafi'i dan karya-karyanya, yaitu Musnad asy-Syafii, al-Hujjah, al-Mabsuth, dan al-Umm.

Dan sebagai penutupnya, Nahrawi tidak lupa memanjatkan puji syukur kepada Allah swt atas segala pertolongan, nikmat, dan taufik-Nya yang telah diberikan kepada dirinya. Dan semua yang dipaparkan dalam buku setebal 744 halamanan ini pada dasarnya menyingkap bahwa Imam Syafii adalah sosok fenomenal yang memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap dunia Islam dan membeberkan kelebihan-kelebihannya.

Upaya Nahrawi untuk membahas secara detail tentang Imam Syafi'i patut diacungi jempol. Tetapi patut disayangkan dalam buku ini kita tidak menemukan kritik yang tajam. Meskipun demikian, setidaknya ia telah berhasil menyuguhkan sosok agung Imam Syafi'i, madzhab, serta pengaruhnya yang luar biasa terhadap dunia Islam.
 
Demikianlah, apa yang telah ditulis oleh salah seorang intektual Muslim Indonesia tentang Imam Syafi'i, dan semoga buku ini bisa menjadikan penyemangat intektual-intelektual yang lainnya untuk berkarya demi kemajuan pemikiran dunia Islam. Amin. []

1 komentar: